Banyak yang Bertanya Alasan Nyaleg DPR RI, Ini Jawaban Cak Rochim

Abdul Rochim, S.Sos Caleg DPR RI PKB Dapil Jatim 1 Surabaya-Sidoarjo
Dalam beberapa waktu belakangan sejak saya mendeklarasikan pencalonan diri sebagai sebagai anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Daerah Pemilihan Jawa Timur (Jatim) 1 (Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo), banyak teman yang bertanya apakah langkah saya nyaleg ini serius ataukah cuma untuk menggugurkan kewajiban sebagai kader partai untuk pemenuhan daftar caleg saja? Dan apa pula motifnya? Apa saya punya duit kok berani nyaleg DPR RI, dan berbagai pertanyaan lainnya?
Tidak sedikit pula teman-teman dekat saya yang kaget dengan langkah besar saya ini. Tidak sedikit pula yang sinis entah karena saya terjun ke politik atau sinis karena saya memilih PKB. Tapi, banyak pula yang malah mendukung dan ikut senang atas keputusan saya ini. Bahkan, sangat banyak teman yang kemudian menawarkan untuk ikut membantu secara tulus, ikhlas tanpa pamrih.
Berbagai pertanyaan muncul dan hal itu saya anggap sangat wajar. Justru, semakin banyak pertanyaan semakin bagus. Artinya, ada awareness dari sahabat semua. Sebab, selama ini ternyata memang masih banyak sahabat yang belum tahu kalau saya sudah tidak aktif lagi sebagai wartawan. Maklum, profesi jurnalistik sudah saya jalani cukup lama, hampir 16 tahun. Sejak pertama kali bekerja di Harian Sore Surabaya Post pada 2005-2006 lalu, kemudian berlanjut ke Koran SINDO dan SINDOnews.com sejak 2006 hingga awal 2020 lalu.
Belakangan ini sejak awal 2020 lalu atau sudah sekitar 3,5 tahun, saya bergabung dengan PKB sebagai staf khusus Wakil Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum DPP PKB Dr KH Jazilul Fawaid, SQ. MA (Gus Jazil), sekaligus salah satu penulis naskah komunikasi publik Ketum DPP PKB Gus Abdul Muhaimin Iskandar.
Ini adalah medan perjuangan baru bagi saya, meskipun sebenarnya tidak benar-benar baru. Sebab, selama hampir 16 tahun bekerja di media, saya juga bersinggungan dengan partai politik. Saya liputan tentang parpol, menyoroti berbagai kebijakan yang diambil oleh anggota DPRD maupun DPR RI di Parlemen sehingga sehari-hari juga banyak bersinggungan dengan politik. Namun, sebagai jurnalis, peran saya di politik adalah sebagai pihak luar, semacam mengontrol kinerja legislatif, salah satunya.
Nah, dari situ saya justru menjadi tahu pentingnya peran DPR/DPRD. Jadi, misalnya dalam sebuah kebijakan, peran saya sebagai jusnalis hanya bisa menyuarakan kebenaran atau aspirasi masyarakat dari luar. Aspirasi itu bisa didengar, atau dianggap angin lalu oleh pembuat kebijakan yakni eksekutif maupun legislatif.
Sahabat semua mungkin sering dengar janji DPR untuk menyejahterakan rakyat. Bahkan, saking seringnya mendengar janji itu sampai mungkin sahabat akan mengatakah, ”ah…, janji bulshit, gombal” dan lainnya. Penilaian itu wajar karena faktanya banyak anggota DPR yang kalau sudah terpilih ternyata tidak bisa apa-apa. Bahkan, haknya sebagai anggota DPR untuk bisa bersuara pun kerap kali tidak digunakan. Menjadi anggota DPR tapi hanya diam tak bersuara, hanya layaknya penonton, bukan pemain. Padahal, seorang anggota DPR itu punya peran sentral yang sangat strategis. Kalau ada anggota DPR yang saat rapat hanya duduk dan diam, jendul saja kepalanya.. hehe.
Sebab, anggota DPR memang bisa menyejahterakan rakyat. Bukan dengan cara bagi-bagi duit, bukan. Kemampuan seseorang untuk bagi-bagi duit secara langsung itu terbatas dan biasanya ada hitung-hitungannya. Tapi dengan kewenangan yang dimiliki, kesejahteraan itu bisa diciptakan. Misal, adanya kebijakan 20% APBN untuk pendidikan dalam konstitusi kita, itu adalah produk politik sehingga masyarakat kita bisa mengakses pendidikan. Ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), beasiswa, pemerataan akses layanan dan infrastruktur pendidikan dan lainnya. Ketika SDM kita unggul, ke depan masyarakat lebih berdaya, punya kapasitas, skill dan sebagainya sehingga masyarakat bisa menjadi lebih sejahtera.
Contoh lain, di wilayah Surabaya, misalnya, belasan tahun silam sebelum ada Jalan Lingkar Dalam Timur atau Middle East Ring Road/MERR), wilayah timur Surabaya sepi. Konsentrasi ekonomi dan pembangunan masih berada di tengah kota. Begitu ada kebijakan yang digagas oleh Pemkot Surabaya dan disetujui oleh DPRD setempat, adanya MERR memicu pertumbuhan ekonomi luar biasa di kawasan tersebut. Gedung-gedung perkantoran bermunculan, kafe, warung dan sebagainya tumbuh yang secara otomatis akan memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Inilah sebenarnya pentingnya kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat. Pun sebaliknya, pengambil kebijakan jika diserahkan pada tangan yang tidak benar, dampak negatifnya akan luar biasa.
Nah, sebagai kader PKB, parpol yang didirikan oleh para ulama PBNU saat itu, saya ingin menjadi bagian dari pembangunan bangsa ini lewat parpol dengan menjadi anggota DPR RI. Apa saja program kerja yang akan saya tawarkan, mengapa saya memilik PKB, bukan partai lain, mengapa pula memilih dapil Surabaya dan Sidoarjo, dan lainnya, akan saya uraikan dalam catatan saya berikutnya yang secara bertahap akan saya unggah di personal web saya, abdulrochim.id, juga di akun Facebook Abdul Rochim, IG @cakrochim, Tiktok @cak_rochim, dan Twitter @Rochimsindo Cak Rochim. Pantengin terus ya sobat. Doakan dan dukung langkah saya menjadi anggota DPR RI dari PKB di Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo). Matur suwun. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. (*)